5 minute read

Bulan Agustus ini menandai 3 tahun saya menggunakan alamat ikanx101.com sebagai alamat web blog saya.

Dulu saya menggunakan platform Wordpress sebagai tempat saya menulis blog yang lama. Menulis blog pada saat itu cukup rumit karena saya harus meng-export beberapa visualisasi data menjadi format .png atau .jpg lalu meng-upload-nya ke Wordpress. Selain itu cara saya membagi skrip juga kurang memuaskan.

Setelah saya mengetahui bahwa Github memiliki satu fitur bernama Github Pages yang memungkinkan setiap user membuat webpage sendiri secara gratis, saya akhirnya mencoba untuk memakainya.

Ternyata ada banyak keunggulan (dan tentunya kelemahan) dari Github Pages ini. Salah satunya adalah saya harus belajar tentang Github Markdown dan bagaimana proses backbone dalam hosting dan mengubah markdown menjadi website.

Pelajaran Pertama: Github Pages

Untuk membuat Github Pages sangatlah mudah. Kita cukup membuat akun Github lalu membuat repository bernama username.github.io. Pada repository tersebut, kita cukup membuat index.html layaknya kita memiliki server Apache sendiri.

Nah, saya tidak memulainya dari blank sama sekali. Saya cukup mencari berbagai Github Repositories lain yang memiliki template blog terbaik. Biasanya basisnya adalah Jekyll. Kita tinggal meng-clone repository tersebut dan mengubahnya sesuai dengan keinginan kita saja.

Pelajaran Kedua: Github Markdown

Salah satu repository yang saya pilih sebagai template blog saya mengharuskan penulisan dilakukan dalam format Github Markdown.

Untuk itu, saya menulis blog menggunakan R Studio, yakni dengan memanfaatkan R Markdown yang kemudian di-render menjadi Github Markdown.

Tulis, lalu knit (alias render), commit, dan push maka tulisan saya sudah live. Sesimpel itu.

Pelajaran Ketiga: Menggunakan Alamat Custom Domain

Secara default, alamat Github Pages kita adalah username.github.io. Namun kita bisa mengubahnya dengan cara membeli alamat / domain. Saya sendiri membelinya dengan cukup murah dari salah satu provider lokal. Hanya sekitar Rp150 ribu per tahun.

Setelah itu, saya cukup mem-forward alamat default Github Pages saya ke alamat domain yang telah saya beli tersebut.

Untuk melakukan ini tidak rumit. Cukup copy paste beberapa baris kode dari provider ke Github saja. Namun pastikan terlebih dahulu bahwa provider yang kita tuju support untuk forwarding github pages.

Pelajaran Keempat: Google Analytics

Salah satu kelebihan yang saya tidak temukan di Wordpress adalah integrasi Github Pages ke dalam Google Analytics.

Template Jekyll yang saya pilih support Google Analytics. Saya cukup meng-copy-paste ID Google Analytics ke dalam repository saja.

Pelajaran Kelima: Google Adsense

Dalam 2-3 bulan pertama saya menggunakan Github Pages, ternyata jumlah viewers-nya sudah cukup lumayan. Iseng saya coba daftarkan blog saya ini ke Google Adsense. Alhamdulillah, dalam hitungan jam permohonan blog saya diterima.

Untuk memasukkan kode Adsense ke dalam Github Pages juga tidak rumit. Kita perlu menambahkan beberapa skrip ke dalam repository kita tersebut.


Catatan: Tulisan ini dibuat menggunakan R Studio Server yang saya install di Google Cloud Virtual Machine.