Mini OS: Distro Linux Ringan yang Gagal Jadi Daily Driver Baru Saya
Seminggu terakhir ini, Youtube merekomendasikan video-video terkait Mini OS. Sebuah distro Linux yang diklaim sangat ringan tapi telah pre-installed dengan berbagai aplikasi khas Linux yang sangat berguna seperti OBS, Audacity, LibreOffice, GIMP, Render, dan banyak lagi.
Dari video-video tersebut, saya coba rangkum dulu kesimpulan sementara sebelum saya install sebagai berikut:
Mini OS adalah sebuah distribusi Linux yang dirancang untuk menjadi sangat ringan, cepat, dan minimalis. Distro ini biasanya digunakan untuk keperluan khusus seperti sistem embedded, recovery, atau perangkat dengan spesifikasi hardware yang kentang.
Karakteristik dan Kelebihan Mini OS Linux
- Ukuran Kecil: Mini OS biasanya memiliki ukuran file
ISO
yang sangat kecil. Ada tiga pilihan, yakni:- Standard (~700 MB)
- Toolbox (~900 MB)
- Ultra (~1.5 GB)
- Minimalis: Hanya menyertakan paket-paket esensial. Desktop environment yang digunakan adalah XFCE. Berbeda dengan POP OS yang selama ini saya pakai (menggunakan GNOME).
- Cepat: Karena minim resource, Mini OS bisa boot dan berjalan sangat cepat bahkan di komputer lama.
- Fleksibel: Dapat digunakan sebagai live OS, sistem pemulihan, atau dasar untuk membangun distro kustom.
Pre Instalasi
Perlu saya ingatkan, bahwa saya menggunakan POP OS sebagai daily driver. Setelah dicekoki video-video yang menampilkan seberapa ringannya Mini OS, saya jadi kena racun untuk mencoba Mini OS.
Sebelum saya melangkah jauh, saya akan coba install di VirtualBox terlebih dahulu. Saya memilih Mini OS Ultra yang memiliki software tools yang lebih banyak.
Proses instalasi ke VirtualBox sangat mudah dan cepat. Desktop environment nya menggunakan XFCE. Sebagai pengguna GNOME, saya perlu berdaptasi. Namun saya terkejut dengan seberapa asyiknya kustomisasi di XFCE.
Setelah itu saya coba install Docker dan Google Chrome. Saya coba bekerja dari sana dan saya sangat puas dengan performanya.
Bismillah, saya akan coba install full di laptop. Begitu pikir saya.
Install di Laptop
Selasa malam, saya coba install ke laptop dan semua proses berjalan sangat smooth. Dalam waktu setengah jam, saya sudah berhasil meng-copy semua working directory dan environment (makanya pake Git dan Docker… hehe).
Masalah timbul saat saya coba ngoprek kustomisasi tampilan XFCE nya. Entah kenapa saya merasa bagian ini kurang stabil dan menjadi masalah bagi OS nya. Akibatnya laptop saya sempat brick dan tidak bisa di-boot sama sekali.
Setelah saya install ulang berkali-kali dengan Mini OS, ternyata ketakstabilan ini membuat saya menyerah.
Akhirnya saya kembali ke POP OS dengan meng-install XFCE ke dalamnya.
Saya bisa melakukan kustomisasi yang lebih stabil di POP OS. Begini tampilan desktop saya saat ini.
Saya menggunakan theme Windows 95 Classic biar bernuansa retro. Theme ini berlaku sampai semua tampilan di sistem berubah ya. Jadi gak setengah-setengah theme-nya.
Kesimpulan
Setelah saya pikirkan lagi, hal yang saya inginkan ternyata bukan mengganti OS yang selama ini saya gunakan. Tapi sekedar mengganti tampilan OS tersebut. Oleh karena itu, saya sekarang sedang mencoba ngoprek desktop environment selain bawaan POP OS (GNOME).