Mencoba Distro Baru LINUX: POP OS
Siang ini di matakuliah Network and Parallel Data Processing, sebagai perkenalan diberikan materi pengenalan terhadap Linux dan berbagai keunggulannya dalam hal komputasi.
Tiba-tiba saya jadi teringat sebuah peristiwa beberapa hari lalu.
Jika rekan-rekan membaca tulisan saya yang lama, saya pernah membeli laptop murah untuk di-install Chromium OS. Berhubung si kecil sudah masuk TK dan membutuhkan gadget untuk pembelajaran jarak jauh, maka saya dedikasikan laptop tersebut untuk dirinya.
Namun saya baru sadar bahwa selama ini sound-nya tidak bekerja. Alias tidak bisa mengeluarkan suara dan mic-nya mati.
Setelah saya coba cek, ternyata masalahnya ada pada bugs di OS-nya.
Ketika sedang berselancar lepas di Youtube, tiba-tiba muncul video yang menjelaskan suatu distro Linux yang sedang naik daun bernama POP OS.
Requirement-nya cukup santuy:
2 GB RAM, 16 GB storage, 64-bit processor
Laptop murah saya tersebut sudah pasti masuk spek!
Tanpa pikir panjang, saya langsung saja install.
Proses instalasinya cukup mudah dan hanya memakan waktu 30 menit (sudah termasuk install Zoom untuk PJJ)
- Kita tinggal download image-nya dari situsnya.
- Buat bootable usb disk dengan bantuan Balena Etcher.
- Boot laptopnya dari usb disk tersebut.
- Proses install-nya sama mudahnya dengan instalasi Ubuntu yang lalu.
- Set user name dan password-nya.
DONE!
REVIEW
Setelah penggunaan 2 minggu, tidak ada masalah berarti. Sound berjalan lancar dan jernih. Untuk kebutuhan si kecil sudah sangat cukup. TIdak ada lag yang berarti.
Bagaimana untuk computing? Di webnya, POP OS mengklaim bahwa kinerjanya sangat baik untuk mengeksekusi data sains dan deep learning sekalipun walau saya belum mencobanya lebih lanjut.