Refleksi Karir: Langkanya Ucapan Terima Kasih
Beberapa hari yang lalu, saya tak sengaja mengobrol dengan salah seorang kolega tentang perjalanan karir di dunia market research. Kalau dipikirkan lebih lanjut, saya jadi merasa ada beberapa kisah yang menarik untuk diceritakan. Oleh karena itu, saya akan buat satu topik bahasan baru di blog saya ini untuk menceritakan pengalaman tersebut.
Pada tulisan pertama ini, saya akan bercerita mengenai salah satu pengalaman saya bekerja di perusahaan pertama yakni sebuah market research agency terkenal di bidang perbankan di Jakarta Selatan pada 2008 silam.
Alkisah, setelah saya lulus probation sebagai market research executive di perusahaan tersebut, saya mulai dipercaya untuk memegang satu project secara penuh. Walaupun tetap didampingi oleh seorang supervisor (atasan saya) tapi saya memegang kendali di belakang kemudi project tersebut. Project-nya adalah melakukan mistery shopping layanan perbankan untuk salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia.
Salah satu tantangan terbesar yang harus saya hadapi saat itu adalah me- manage suatu project skala nasional. Pada saat itu, fieldwork berjalan tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia tapi sampai ke kota pelosok (maklum saat itu bank tersebut identik dengan bank pedesaan. Kalian tahu kan ya? Hehe).
Saya yang kuliahnya di MIPA dan tidak terlalu banyak berhubungan dengan banyak orang harus belajar keluar dari boundaries. Perlahan saya mencoba menjadi people person agar bisa diterima oleh bagian lain dalam perusahaan tersebut. Oh iya, sebagai market research executive saya berhubungan erat dengan tiga bagian lain, yaitu:
- Field: sebagai ujung tombak pengumpul data.
- Data processing: sebagai mitra utama dalam melakukan analisa dan membuat report.
- Finance: sebagai tempat meminta budget ini dan itu. hehe.
Tipikal orang-orang dari ketiga bagian tersebut juga berbeda-beda. Oleh karena itu pendekatan yang saya lakukan juga berbeda-beda tentunya. Namun ada satu metode yang general, yakni: empati. Sayang sekali empati ini saya rasa tidak terpupuk denga baik pada perusahaan pertama saya tersebut saat itu (semoga saat ini sudah membaik - Aamiin).
Salah satu contohnya adalah pelarangan setiap market research executive untuk menolong market research executive yang lain. Itu baru contoh intra bagian. Apalagi kalau beda bagian kan? Hehe.
Singkat cerita, setelah empat bulan, project sudah selesai dijalankan. Presentasi sudah dilakukan, klien puas dan ada repeat order untuk project berikutnya dengan skala yang semakin masif.
Saya pribadi merasa kesuksesan project itu adalah kesuksesan tim dan perusahaan secara menyeluruh. Tidak ada pahlawan tunggal yang patut diberikan pujian. Oleh karena itu di akhir project, saya coba merangkai satu email yang ditujukan ke semua bagian terkait.
Inti dari email itu adalah ucapan terima kasih sudah mendukung dan mensukseskan project ini. Saya sampaikan juga harapan agar kita bisa kembali menjalankan next project dengan kompak. Sebuah email sederhana tapi saya rasa penting untuk saya sampaikan. Email saya kirimkan setelah jam makan siang.
Sore harinya saat hendak pulang, saya melewati workcenter tim field. Saya melihat beberapa orang field supervisors dan team leaders sedang berkumpul mengerubungi salah satu PC yang ada. Melihat saya lewat, salah seorang dari mereka memanggil saya masuk ke workcenter mereka.
Apa yang terjadi? - pikir saya.
Percaya atau tidak, ternyata mereka terharu dengan email saya kirim tersebut. Mereka berkata bahwa tidak pernah ada market research executive yang melakukan hal ini sebelumnya. Seketika suasana ruangan menjadi penuh haru.
Kelak hari tersebut menjadi satu titik bersejarah dalam karir dan hidup saya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
Kisah ini kembali dalam memori saya beberapa hari yang lalu. Sungguh mahal ternyata harga sebuah ucapan terima kasih sehingga menjadi langka untuk bisa diucapkan dan disampaikan kepada rekan kerja kita di kantor.
if you find this article helpful, support this blog by clicking the ads.