6 minute read

Pandemi yang belum juga usai di Indonesia ini lama-lama membuat jenuh juga yah. Walau data terbaru menunjukkan tren menurun, tapi entah kenapa saya punya feeling penurunan ini erat kaitannya dengan pelaksanaan PILKADA yang akan diselenggarakan di kemudian hari.

Tapi ini hanya feeling dan opini saja yah. Saya masih malas untuk mengumpulkan data lalu melakukan analisanya.


Kali ini saya mau berbicara mengenai data zonasi risiko di kabupaten dan kota seluruh Indonesia. Data ini saya scrape dari situs resmi pemerintah per 5 November 2020 pukul 19.54 WIB.

Setidaknya ada 514 kabupaten dan kota dari semua provinsi di Indonesia yang ada di data ini.

Contoh 10 Data Pertama
id Provinsi Kabupaten dan Kota Keterangan
1 SUMATERA UTARA NIAS BARAT RISIKO SEDANG
2 SUMATERA UTARA KOTA TANJUNG BALAI RISIKO SEDANG
3 SUMATERA UTARA KOTA TEBING TINGGI RISIKO SEDANG
4 SUMATERA UTARA PAKPAK BHARAT RISIKO SEDANG
5 SUMATERA UTARA SAMOSIR RISIKO SEDANG
6 SUMATERA UTARA TAPANULI TENGAH RISIKO SEDANG
7 SUMATERA UTARA NIAS RISIKO RENDAH
8 SUMATERA UTARA PADANG LAWAS UTARA RISIKO SEDANG
9 SUMATERA UTARA LABUHANBATU SELATAN RISIKO SEDANG
10 SUMATERA UTARA KOTA SIBOLGA RISIKO SEDANG

Zonasi Risiko daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan.

Indikator-indikator yang digunakan adalah sbb:

INDIKATOR EPIDEMIOLOGI:

  1. Penurunan jumlah kasus positif dan probable pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  2. Penurunan jumlah kasus suspek pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  3. Penurunan jumlah meninggal kasus positif dan probable pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  4. Penurunan jumlah meninggal kasus suspek pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  5. Penurunan jumlah kasus positif dan probable yang dirawat di RS pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  6. Penurunan jumlah kasus suspek yang dirawat di RS pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak.
  7. Persentase kumulatif kasus sembuh dari seluruh kasus positif dan probable.
  8. Laju insidensi kasus positif per 100.000 penduduk.
  9. Mortality rate kasus positif per 100.000 penduduk.
  10. Kecepatan laju insidensi per 100.000 penduduk.

INDIKATOR SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

  1. Jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama 2 minggu terakhir.
  2. Positivity rate rendah (target ≤5% sampel positif dari seluruh orang yang diperiksa).

INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN

  1. Jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS Rujukan mampu menampung hingga >20% jumlah pasien positif COVID-19 yang dirawat di RS.
  2. Jumlah tempat tidur di RS Rujukan mampu menampung hingga >20% jumlah ODP, PDP, dan pasien positif COVID-19 yang dirawat di RS.

Sekarang mari kita lihat kondisi resiko kabupaten dan kota per provinsi di Indonesia:

Kita mulai dari summary berikut ini:

Kita lihat versi real number-nya:

Oke, saya akan buat grafik di atas dalam bentuk proporsi. Berikut hasilnya:

Ternyata ada beberapa temuan yang menarik menurut saya:

  1. DKI Jakarta tidak semenyeramkan yang ada di media. Awalnya saya menduga bahwa mayoritas kota di DKI Jakarta berisiko tinggi. Tapi kenyataannya mayoritas berada di status sedang.
  2. Justru Aceh yang memiliki kabupaten kota yang berisiko tinggi. Padahal kita tahu bahwa pada pemberitaan media-media di awal pandemi, Aceh diposisikan sebagai provinsi yang aman dari COVID 19.
  3. Riau, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah pada saat ini memiliki proporsi risiko tinggi yang tertinggi.
  4. Sedangkan Jawa Timur yang sempat memiliki zona hitam beberapa bulan lalu, justru kondisinya membaik.

Semoga saja pandemi ini segera berakhir yah.